BENGKULU, Ramaonline – Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan, hutan dan manusia tidak bisa dipisahkan. Keduanya memiliki hubungan erat tak terpisahkan. Adanya hutan dapat melahirkan petani-petani berdasi. Khususnya bagi mereka yang mempu mengelolanya secara baik.
“Hari ini banyak sekali produk UMKM dari hasil hutan, misalnya dodol kecombrang. Inilah yang dinamakan sinergi (simbiosis mutualisme), bila ini diterapkan maka akan muncul petani-petani berdasi. Makanya kita harus jaga hutan kita, biar harimaunya lestari dan hutannya pun tetap bisa kita manfaatkan,” papar Rohidin saat hadir pada peringatan Hari Harimau Sedunia (Global Tiger Day) di Kawasan Hutan Mahoni, Damar dan Pinus (Madapi) di Desa Pal.VIII, Kecamatan Bermani Ulu Raya, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, Sabtu (8/8).
Gubernur Rohidin Mersyah juga menjelaskan, bahwa hutan merupakan salah satu penyangga kehidupan jadi wajib hukumnya dijaga agar terhindar dari kerusakan sehingga ekosistem terus berjalan.
Sementara menurut Dirjen KSDAE Wiratno, masyarakat harus dapat menjadi agen yang ikut berperan dalam menjaga hutan dan kelestarian harimau Sumatera, Provinsi Bengkulu menjadi tempat yang sangat penting karena sejarahnya, bentang alam maupun flora fauna, termasuk harimau Sumatera.
“Bisa kita rasakan hutan Madapi Bengkulu ini sejuk sekali, kalau di Jakarta sangat sulit menghirup udara segar seperti ini. Bengkulu juga memiliki flora dan fauna endemik yang unik dengan hasil hutan unggulan. Oleh karena itu mari kita sama-sama jaga kelestarian hutan ini, biar harimaunya juga tetap lestari,” papar Wiratno. Pada kesempatan ini dilakukan penandatanganan prasasti Pusat Budaya dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Kecombrang dan Pakis oleh Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah dan prasasti
Kawasan Hutan Madapi TNKS sebagai Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup, Konservasi dan Wisata Alam Dirjen KSDAE Wiratno.
Dilanjutkan dengan penyerahan bibit tanaman produktif bagi masyarakat dan Bakti Bumi dengan penanaman pohon.Untuk diketahui, bahwa harimau Sumatera atau dalam bahasa Latinnya disebut Panthera Tigris Sumatrae merupakan subspesies harimau yang habitat aslinya berada di pulau Sumatera dan merupakan satwa yang terancam punah. Karenanya, Direktorat Jenderal (Ditjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup (LHK) mengajak masyarakat untuk lebih peduli sebagai upaya melindungi kelestarian Harimau Sumatera.
Salah satu upaya meningkatkan kepedulian terhadap usaha konservasi harimau tersebut adalah dengan melindungi habitatnya di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).( Sumber MC Provinsi)