Kerinci, Ramaonline.co – Ini sebuah catatan hitam Pemilihan Kepala Desa Tanjung Genting Mudik, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Prov. Jambi, yang berlangsung 26 Desember 2019 tahun lalu, dimulai dari politik uang, intimidasi, eksodur (pemilih haram), dan keterlibatan para oknum kaki tangan Calon nomor satu menimbulkan prahara berkepanjangan hingga kini, munculnya pembakaran pondok dan rumah warga dikebun/ ladang meninggalkan warisan ketakutan bagi warga desa setempat.
Untuk merebut kemenangan menghalalkan berbagai cara mulai dugaan politik uang, bertindak curang dalam penghitungan suara malam hari secara tertutup, adanya dugaan eksodus (pemilih haram) lima orang dari desa tetangga, dan intimidasi dari oknum Shn anggota BPD (Badan Permusyawaratan Desa), yang seharusnya bertindak neteral sebagai wakil rakyat didesa. Justru, berbuat sebaliknya.
Dan dugaan intimidasi oknum Bk, tim calon Kades Nomor urut 01, Dalton Erial Sandi., ditujukan pada “Nijol.” Dan penjelasan diatas, juga dijelaskan Harun Suddin, dan Yoki Sandro, di pubblist sejumlah media online, Kerinci dan Jambi, dikutif kembali.
Memanasnya pasca Pilkades Tanjung Genting Mudik setelah dilantiknya Dalton Erial Sandi, sebagai pemenang Pilkades Tanjung Genting Mudik oleh Bupati Kerinci DR.H. Adirozal, MSi.
Ini sebuah catatan “abal-abal” dalam pelaksanaan Pilkades di Kabupaten Kerinci, Jambi 2019, yang sudah berlangsung tujuh bulan silam ternyata meninggalkan catatan “ketakutan bagi masyarakat” setempat.
Soalnya setelah Dalton dilantik, terjadi pembakaran sejumlah Pondok milik warga Desa Tanjung Genting Mudik oleh orang tak dikenal. Dugaan penyebabnya berkaitan pilkades desa setempat, yang di ikuti dua pasangan yakni; Dalton Erial Sandi dengan nomor urut 1 dan Seftian nomor urut 2, yang akhirnya dimenangkan Dalton.
Masyarakat pendukung mempersoalkan buruknya sistem kinerja pelaksanaan pilkades, bukan tidak setuju soal siapa pemenangnya. Tapi, karena kemenangan direbut dengan cara semaunya dan biaya tinggi, akan melahirkan calon pemimpin desa yang kurang baik.
Sejak dilantiknya Dalton, dan terjadinya pembakaran pondok dan rumah Ladang membuat masyarakat ketakutan yang luar biasa, mereka khawatir akan merambat kedesa/ kampung, jika tidak cepat melakukan rembuk masyarakat secara kekeluargaan dan kembali bersatu di desa Tanjung Genting Mudik, yang damai selama ini.
Rembuk dan penyatuan kembali warga antar pendukung, harus segera dipasilitasi oleh para tokoh masyarakat yang neteral dan tidak terlibat dalam percaturan politik busuk antar pendukung calon kades desa setempat. Dengan mengedepankan rasa persaudaraan, kekeluargaan yang dalam dan ikhlas bahwa persatuan dan kedamaian adalah harga mati akan kelangsung hidup warga desa dan generasi kita kedepan.
Padahal Desa Tanjung Genting Mudik, pemekaran dari Desa Tanjung Genting (Induk), memiliki nama-nama tokoh penting yang layak dan punya Sumber Daya Manusia (SDM) handal dimasanya. Antara lain, terdapat nama Saharuddin Ali, mantan tenaga pendidik pernah berprestasi dimasa keemasannya sebelum pensiun.
Berikutnya nama Yuldi herman, SE. MSi sangat dikenal dengan panggilan Ujang Hitam, anggota DPRD Kerinci yang sudah dua periode, kini menduduki Wakil Ketua DPRD Kerinci 2019-2024 dan pengusaha sukses Tanjung Genting.
Apa lagi nama Ujang Hitam, digadang-gadangkan akan ikut promosi Pilkada di tahun 2024 yang akan datang, tentu butuh masyarakat dan kepentingan yang lebih besar dan dukungan dari semua pihak dimulai dari lingkungan sendiri.
Nama yang tak kalah populernya, Jondri Ali Kabag Ortala Pemda Kerinci kini menjabat Pjs Kades Desa Lubuk Nagodang Kecamatan Siulak, yang juga tim sukses pencalonan Adzan (Adirozal-Ami Taher), ketiganya tokoh Desa Tanjung Genting Mudik. Dan tokoh lainnya Ruslan HS, desa Induk Tanjung Genting.
Mereka memiliki SDM yang cukup baik, seharusnya mereka berbuat untuk mempasilitasi perdamaian. Dan menciptakan rasa aman dan nyaman ditengah masyarakat.
Hanya dengan terciptanya rasa aman dan nyaman, kehidupan yang lebih baik dan kelangsungan pembangunan ekonomi dan SDM serta segala kepentingan masyarakat akan bisa berlanjut kedepannya.
Dalam catatan Wartawan GEGERONLINE.CO.ID DAN RAMAONLINE.CO, dengan rembuk kekeluargaan, saling memaafkan secara ikhlas untuk membangun rasa aman dan nyaman dari pasca pilkades Tanjung Genting Mudik, sejak 26 Desember 2019 silam yang sudah berjalan tujuh bulan, masih meninggal rasa ketakutan ditengah masyarakat. Ini semua dampak negative dari pembakaran pondok dan rumah kebun masyarakat, yang menimbulkan kerugian cukup besar.
Mulai detik ini kita harus belajar memaafkan atas peritiwa pembakaran yang dilakukan orang tak dikenal (tangan-tangan jahil), kendati tetap ada dalam catatan karena sebuah peristiwa penting, tetap dicatat oleh sejarah dimasanya.
Mari saling berangkulan satu sama lainnya, memaafkan dan tidak mengulangi dan terpuruk dalam lobang yang sama. Obati sakit, denda yang bersalah dan maafkan. Tapi harus dilakukan jeput yang tertinggal, hargai dan hormati yang terabaikan, bangun kasih sayang bagi yang merasa tercampakkan.
Jika boleh meminjam istilah, “tak ada gading yang tak retak, tapi setidaknya jadilah gading yang retak, dimanapun dicampakkan akan memberi manfaat pada banyak pihak” atau meminjam sakral keagamaan “kemaslahatan itu untuk orang banyak.” Kata Gafar Uyub Depati Intan akrab dipanggil “Bang Ayub” itu.
Menurut bang Ayub, bahagia itu, aman dan nyaman, bukan karena anda orang kaya, atau miskin sekalipun, dan atau professor dan doctoral, tapi bahagia itu, ada dalam jiwa yang tenang, sehat berfikir, ikhlas bekerja, hidup bersahaja. Membuang jauh rasa permusuhan, iri dan dengki, selalu berada dalam cinta yang agung tanpa batas hanya untuk kebaikan, paparnya.
Dijelaskannya, kita sangat berharap masyarakat Desa Tanjung Genting Mudik dan Tanjung Genting (Induk), kembali pada kiprahnya masyarakat yang hidup damai dan kekeluargaan yang dalam. Damailah masyarakat desa dan negeriku ditengah kesulitan yang dihadapi. (***)
Laporan : Ayub/ sumber Mat Ubir (Marhaen Jabier)
Editor : Redaksi