Bengkulu Selatan||ramaonline.id Jembatan gantung yang menghubungkan Desa Tanjung Menang di Kecamatan Seginim dengan Desa Tanjung Heran di Kecamatan Pino, Bengkulu Selatan, kini berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan terancam putus. Jembatan ini merupakan akses vital bagi masyarakat setempat, terutama dalam mengangkut hasil pertanian. Jika jembatan ini putus, maka akan mengakibatkan kesulitan besar bagi warga yang bergantung pada jembatan tersebut untuk aktivitas sehari-hari.
Kepala Desa Tanjung Menang, Nuktar, menjelaskan kepada media pada Sabtu (24/8/24) bahwa jembatan gantung ini merupakan satu-satunya jalur paling singkat dan strategis yang menghubungkan Desa Tanjung Menang dengan Desa Tanjung Heran. Jembatan tersebut dibangun pada tahun 2008, dan menurut Nuktar, sudah saatnya pemerintah daerah memberikan perhatian serius untuk membangun ulang jembatan ini demi keselamatan dan kelancaran aktivitas warga.
“Jembatan ini sangat penting bagi kami, Sudah lama sekali dibangun, tepatnya pada tahun 2008, Kini kondisinya sangat mengkhawatirkan, dan kami berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk membangun ulang jembatan ini, Kalau tidak, warga akan kesulitan, terutama dalam mengangkut hasil pertanian yang merupakan mata pencaharian utama di sini,” ungkap Nuktar.
Ari salah satu warga Desa Tanjung Menang, turut menyampaikan kekhawatirannya mengenai kondisi jembatan gantung tersebut. Dia menunjukkan kepada awak media besi rangka jembatan yang sudah patah dan menjelaskan bahwa jembatan itu mungkin tidak akan bertahan hingga akhir tahun 2024. Andi menambahkan bahwa kondisi jembatan ini sudah sangat parah, dan jika tidak segera diperbaiki, ada kemungkinan besar jembatan ini akan putus.
“Saya yakin, jika tidak ada tindakan segera, jembatan ini tidak akan bertahan hingga akhir tahun 2024, Lihat saja, besi rangkanya sudah patah, Apa pemerintah harus menunggu sampai ada korban jiwa dulu baru bertindak?” keluh Andi sambil menunjukkan kerusakan pada jembatan.
Jembatan ini memang menjadi penghubung penting bagi warga di kedua desa. Selain digunakan sebagai jalur untuk mengangkut hasil panen seperti padi, sayuran, dan buah-buahan, jembatan ini juga sering dilalui oleh anak-anak yang bersekolah di desa tetangga, serta oleh warga yang beraktivitas sehari-hari. Jika jembatan ini putus, maka warga harus mencari jalur alternatif yang tentunya akan memakan waktu lebih lama dan lebih sulit untuk dilalui.
Selain itu, warga berharap adanya perhatian yang lebih serius dari pihak pemerintah terkait pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan. Mereka berharap tidak hanya jembatan ini yang diperbaiki, tetapi juga infrastruktur lain yang mendukung kehidupan masyarakat desa. Dengan infrastruktur yang baik, masyarakat desa bisa hidup lebih nyaman, dan aktivitas ekonomi mereka bisa berjalan lebih lancar.
Masyarakat berharap, dengan adanya laporan ini, pemerintah daerah segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki jembatan gantung tersebut. Jika tidak, bukan hanya perekonomian warga yang akan terganggu, tetapi juga keselamatan mereka akan terus terancam setiap kali melintasi jembatan yang sudah rusak parah ini. Tindakan cepat dan tepat dari pemerintah sangat dinantikan untuk menyelesaikan masalah ini dan memastikan bahwa jembatan ini kembali berfungsi dengan baik untuk melayani masyarakat.(An)