KOTA CURUP, RAMAONLINE.CO- RSUD baru jalur dua Curup, seharusnya memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat yang berobat disana, apalagi rumah sakit yang satu ini salah satu rumah sakit yang menjadi rujukan di Provinsi Bengkulu. Ternyata sejak tanggal 23 Agustus 2020, Sabtu malam sekitar pukul 02 : 00 WIB dini hari air WC diruang Melati I, Mawar 3 dan 2 dalam keadaan mati, alias tanpa air.
Tak heran disejumlah pasien dan keluarganya kesulitan untuk berwuhdu guna melakukan beribadah dan sangat kesulitan membuang hajat besar (berak). Hal ini diungkap Gafar Uyub Depati Intan akrab panggil bang Ayub itu, kepada sejumlah wartawan yang mengunjunginya.
Menurut Bang Ayub ini sebuah kesalahan patal jika sebuah rumah sakit tidak mampu memberikan pelayanan terutama pelayanan air bersih untuk buang tinja (hajat besar) dan untuk beribadah. Ini salah satu bukti kegagalan Direktur Utama RSUD jalur dua menjalankan manajemen RSUD yang baru ini.
Dijelaskan bang Ayub lebih rinci, mulai Sabtu malam minggu, Senin malam Selasa baru airnya mengalir kembali pukul 09 : 30 WIB, untuk mengatasi kesulitan buang air besar, air kecil, dan berwudhu keluarga pasien harus mengangkut air dari salah satu tempat lebih dengan jarak 125 meter dibak penampungan air, ujarnya.
Dikatakan bang Ayub, system manajemen dan kinerja petugas yang mengurusi khusus air untuk kepentingan WC, wudhu dan cuci tangan bersih dalam rangka melaksanakan petunjuk pandemi Covid-19. Jika pihak rumah sakit tidak menyediakan air yang cukup, bagaimana pasien dan keluarganya mau menjaga kebersihan lebih baik lagi. Inikan ironis, katanya kita mau bersih – bersih menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Karena RSUD jalur dua, akan menjadi kebanggaan tidak saja masyarakat Rejang Lebong, bahkan provinsi Bengkulu, bahkan menjadi rumah sakit rujukan (percontohan) harus mengutamakan air bersih terlebih dahulu, berikutnya pelayanan secara medis harus maksimal.
Kita tidak bisa menyalahkan, para petugas medis. Ketika kita tanya mereka, kami juga sama seperti bapak, juga butuh air. Mengenai mengadaan air bukan lah tugas kami, itu ditangani oleh petugas khusus, demikian juga kata Satpam setempat kepada awak media ini.
Ditegaskan bang Ayub, untuk kedepannya kita berharap petugas yang ditunjuk menanggani masalah pengadaan air, harus orang yang mengerti tentang air, bukan sekedar ditunjuk, apalagi membawa-bawa nama pejabat daerah (keluarganya).
Rumah sakit yang baik secara fisik, selain didukung pengadaan air bersih yang cukup, harus memberi pelayanan medis yang maksimal kepada pasiennya. Untuk itu saya menghimbau, kepada sahabat saya dr Samiri Direktur RSUD jalur dua Curup, harus sering-sering sidak kedalam keruangan perawatan dan melihat kondisi riil yang terjadi, jangan sampai berulang-ulang air hidup dan mati, mati dan hidup lagi.
Jika masalah air tidak bisa diatasi secara maksimal kedepannya, bagaimana kita menjawab tantangan yang semakin komplit, apalagi tahun ini ditengah menghadapi Covid-19 yang harus mengutamakan kebersihan, dimulai dari pribadi-pribadi, jaga jarak, pakai masker dan lingkungan. Jika air di RSUD jalur dua, tidak terpenuhi bagaimana bisa kita mengurusi masalah kesehatan dan kebersihan.
Untuk mengatasi hal ini, cepat-cepatlah menyelesaikan kebutuhan air RSUD jalur dua Curup dan meningkatkan pelayanan medis maksimal. Saya yakin dan percaya sahabat saya dr Samiri mampu berbuat yang terbaik, tandasnya.
Sampai berita ini diturunkan RAMAONLINE.CO group, belum terkonfirmasi kepada Direktur RSUD jalur dua Curup, dr Samiri. (Sbong Keme)
LAPORAN : ELUBAN RNA INTAN