Saya memulai dengan kata persembahan ‘’mohon maaf’’ kepada seluruh rekan Wartawan (Jurnalist) se- Indonesia, dan menyadari dari judul dan isi tulisan ini, tentu banyak yang tidak suka kendati mungkin ada yang menyadari insan Pers (Wartawan) Indonesia, juga perlu di ingatkan…?
Biar, ‘’bak menepuk air didulang, bisa kepercik muka sendiri’’ Untuk sebuah perubahan memang terasa agak berat, pertanyaan yang sering muncul dari masyarakat awam dan akademisi, sebenarnya sulit dijawab, namun sebagai Wartawan wajib menerima dan harus siap untuk dikritisi, dan semata melancarkan kritik pada masyarakat dan pemerintah.
Tindakkan banyak oknum Wartawan sering melenceng dari petunjuk UU No.40 tahun 1999 tentang Pers dan 11 poin Kode Etik Jurnalistik (KEJ), serta melanggar petunjuk redaksi. Tak heran pertanyaan pun bermunculan dari masyarakat, ‘’Wartawan selain makan, apa yang engkau cari?’’
Setiap orang (manusia) hidup, penting makan untuk membangun energy ditubuh, supaya kuat bisa berusaha, bekerja dan main terutama bagi anak-anak. Tujuan pertama tentu makan, yang tak dapat kita pungkiri.
Sebagai orang (manusia) yang memilih bekerja sebagai ‘’kuli tinta’’ atau disingkat kerennya Wartawan (Jurnalist), sesudah makan sehat dan bekerja, apa yang engkau cari? Sulit dan harus dijawab…!!!
Karena banyaknya para oknum Wartawan yang menyalahgunakan wewenangnya, tugas dan fungsinya sebagai Wartawan yang telah diatur dalam UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers dan UU/ peraturan yang mengikat lainnnya.
Jika dilihat secara umum dan petunjuk yang ada, tugas dan fungsi Wartawan sangat strategis bagi kepentingan masyarakat, pemerintah dan badan-badan usaha, baik perorangan, kelompok dan lain sebagainya.
Tugas pokok Wartawan pertama menyampaikan setiap perkembangan informasi pembangunan pusat daerah sampai kepelosok desa, apa perkembangan yang terjadi baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat dan pribadi-pribadi.
Kedua menyampaikan berita perkembangan budaya, sastra dan hiburan. Tiga menyampaikan Kontrol Sosial (Sosial Kontrol), terhadap jalannya sistem pemerintahan, pembangunan, dan kebebasan menyampaikan pendapat, tertulis dan lisan didepan umum, dan jalannya perkembangan demokrasi.
Dalam menjalankan tugas secara benarpun sering dicela, dimaki, bahkan dimusuhi, tragisnya dianiaya ditembak dan dibunuh sebagai pendukung dan penggerak pilar ke empat demokrasi di NKRI yang kita cintai ini.
Semua resiko, dalam menjalankan tugas secara benar, jujur dan bertanggung, itu adalah takdir dari tuhan yang maha kuasa. Karena setiap profesi, tugas, sekecil apapun ada resikonya.
Rusaknya profesi dan dunia Wartawan yang mulia ini, disebabkan banyaknya para oknum yang mengaku-ngaku Wartawan, baik yang memiliki Kartu Pers, Surat tugas dan resmi bergabung dalam organisasi Wartawan, namun yang bersangkutan tidak menulis alias tidak punya karya jurnalistik yang jelas bahkan ada yang tidak menulis sama sekali, hanya memanfaatkan kartu pers dan surat tugas, hanya dimanfaatkan untuk mencari keuntungan pribadi, ‘’duit-duit, dan mencari kemudahan dan keuntungan lainnya, untuk pribadi dan keluarganya’’
Jadi untuk menjawab pertanyaan masyarakat Wartawan selain makan, apa yang engkau cari? Jawabannya secara jujur memang sulit, tapi setidaknya menjalankan tiga tugas dan fungsi Pers Nasional yang dijelaskan diatas tadi.
Bukan menjadikan profesi Wartawan semata mencari duit-duit dan kesempatan lainnya, sehingga memperburuk nama baik dan kinerja didunia Wartawan.
Akibat tindakkan para oknum Wartawan atau yang mengaku-ngaku Wartawan tanpa karya Jurnalistik, ‘’mencoreng nama besar profesi Wartawan secara Nasional’’
Akibat tindakkan para oknum Wartawan, yang tidak memelihara profesinya sebagai Wartawan berbagai sebutan diarah kedunia (profesi) Wartawan, antara lain; ada Wartawan CNN, pergi meliput kemana-mana tanpa berita (karya).
Apa itu CNN (Cuman Nengok-Nengok). Ada lagi Wartawan yang disebut dengan istilah Muntaber, rupanya Muntaber = Muncul Tanpa Berita. Wartawan CNN dan Muntaber, ‘’muncul tanpa berita dan Cuman Nengok-Nengok,’’ rupanya satu kelas lain berbeda rupa.
Dan ada lagi istilah yang menyakitkan, sebutan GERSA, sama dengan Gertak Sambal. Wartawan yang satu ini ngumpulnya di warung-warung, Kedai atau Cafe bercerita kehebatan masing-masing, dan mengaku punya banyak data kasus para oknum pejabat, berbual (ngecap), kalau ada oknum pejabat yang mengelola keuangan Negara/ daerah, kalau macam-macam akan kita hajar, baru tahu dia…?
Kenyataannya, sama dengan CNN, Muntaber, juga tanpa berita. Lebih ironisnya lagi, kelompok oknum Wartawan yang satu ini, pandai memanfaatkan informasi.
Para oknum pejabat yang bermental ‘’korup’’ yang kena berita, menghubunginya dengan praktik Gersa (Gertak Sambal), kita sudah lama tahu kasus ini dan datanya ada sama kita, nah bagaimana…?
Para oknum pejabat yang belum diproses secara hukum, mengatakan kamu jangan ikut, kita sudah lama kenal dan itu ‘’berita sakit hati?’’ ujung-ujungnya keluar duit, maka amanlah oknum tersebut, (saat itu). Padahal yang bersangkutan memang, ‘’muntaber’’ muncul tanpa berita, sama dengan CNN dan Gersa.
Maka pejabat dan masyarakat harus cerdas, apa lagi para pemborong, politisi, jangan dibohongi Wartawan CNN, Muntaber dan Gersa. Lebih baik, pejabat lebih kritis bertanya pada Wartawan yang datang itu, apa berita kita hari ini atau minggu ini yang jadi topik perhatian banyak pihak (menonjol), dan anda dari media apa..?
Tindakkan itu logis, (biasa). Dan Wartawan harus berani dan berlapang dada menerima kritik dari siapapun, sebagai unsur penegak pilar Demokrasi, mengkritik dan di kritisi, itu bagian proses kerja jalan kehidupan Wartawan.
Jadi untuk menjawab secara sempurna dari pertanyaan masyarakat, ‘’Wartawan Selain Makan, Apa Yang Engkau Cari’’ selain tiga tugas dan mengjalankan fungsi Pers, mungkin ada juga yang mencari kepuasan pribadi. Itu semua, tergantung masing-masing pribadi.
Sekali lagi, mohon maaf kawan senasib-sepenanggungan, penulis belajar dari banyak kesalahan, dan saksi dari kesalahan itu sendiri. Kritik, saran dan masukan para rekan pers sangat diharapkan. Karena fikiran (akal), dan nafsu, sangat sering melakukan kebohongan dan kesalahan, itu bisa dirasakan pada masing-masing kita, dengan kesadaran dan ikhlas. (***/rdks ramaonline.co).
Penulis dan Penanggungjawab : Gafar Uyub Depati Intan Redaktur ramaonline.co /Pempred BEO.CO.ID Dan GEGERONLINE.CO.ID, Ketua Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI), Prov. Bengkulu. Tinggal di Kota Bengkulu.